Secara harfiah wukuf berarti:
berdiam diri atau berhenti. Wukuf di padang Arafah adalah ritual haji yang
dilakukan dengan cara berdiam diri di padang Arafah mulai dari tergelincirnya
matahari tanggal 9 Dzulhijjah sampai dengan terbenamnya matahari pada tanggal
10 Dzulhijjah.
Dalam rangkaian rukun ibadah
haji, wukuf di padang Arafah merupakan ritual terpenting yang wajib dilakukan
oleh setiap jamaah haji sebagai puncak dari ritual ibadah haji. Sebab tidak sah
ibadah haji apabila rukun haji ini tidak dilakukan. Dalam kondisi apapun mesti
dilakukan, sehingga apabila dalam keadaan sakit pun seorang jamaah haji harus
di safari-wukufkan, bahkan apabila ia meninggal dunia sebelum sempat
melaksanakan wukuf di padang Arafah ini ia harus dibadal-hajikan.
Berdasarkan dari sejumlah sumber,
wukuf di padang Arafah merupakan gambaran dari sebuah kejadian besar yang akan
dialami oleh seluruh umat manusia setelah dibangkitkan dari kematian pada hari
kiamat nanti, yaitu dikumpulkan oleh Allah s.w.t di padang Mahsyar untuk
mempertanggung-jawabkan segala amal perbuatan yang pernah dilakukannya selama
hidup di dunia ini.
Wukuf di padang Arafah seperti
sedang mengingatkan para jamaah haji akan hari kebangkitan itu. Ini merupakan
kejadian yang maha dahsyat yang akan dihadapi oleh seluruh umat manusia setelah
melalui tidur panjang dari kehidupan yang sebelumnya mereka jalani di dunia ini
untuk mempertanggung-jawabkan sekecil apapun amal perbuatan yang telah
dilakukan selama ini, amal perbuatan yang baik maupun amal perbuatan yang
buruk.
Sejarah Wukuf di Padang Arafah
Wukuf di padang Arafah ini
tepatnya dilakukan diatas bukit yang bernama Jabal Rahmah. Berada di bagian
timur dari Padang Arafah di kota Mekkah. Jabal berarti sebuah bukit atau
gunung, sementara Rahmah adalah kasih sayang. Sesuai dengan namanya, bukit ini
diyakini sebagai tempat pertemuan antara Nabi Adam as dan Siti Hawa setelah
mereka diturunkan dari surga oleh Allah SWT dalam kondisi terpisah selama
bertahun-tahun akibat kesalahan melanggar larangan Allah swt agar tidak
mendekati sebuah pohon ketika mereka berdua berada didalam surga, namun mereka
terpedaya oleh tipu daya Iblis la’natulloh ‘alaih yang menggoda mereka dan
akhirnya mendekati pohon terlarang tersebut.
Hal ini terekam didalam Al-Qur’an
surah Al A’rof ayat 19 – 22 yang artinya sebagai berikut:
“Dan Allah berfirman: Hai Adam,
tinggallah kamu dan istrimu di dalam surga ini serta makanlah olehmu berdua
(buah-buahan dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati
pohon ini, maka pastilah kamu berdua termasuk orang-orang yang zalim”.
“Lalu syetan membisikkan pikiran
jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari
mereka yaitu auratnya dan syaitan berkata: “Tuhan kamu tidak melarangmu dan
mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau
tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga)”.
“Dan dia (syetan) bersumpah
kepada keduanya. “Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasehat
kepada kamu berdua. Maka syetan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu)
dengan tipu daya”.
“Tatkala keduanya telah merasai
(buah ) dari pohon tersebut itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan
mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Tuhan mereka
menyeru mereka: “Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon itu dan Aku
katakan kepadamu: “Sesungguhnya syetan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu
berdua?”. (QS: Al-A’raf Ayat: 19 – 22)
Nabi Adam as konon diturunkan di
negeri India, sedangkan Siti Hawa diturunkan di Irak. Setelah keduanya
bertaubat untuk memohon ampun, akhirnya atas ijin Allah swt mereka dipertemukan
di bukit ini. Selama perjalanan saling mencari satu sama lain Nabi Adam as
terus bertaubat dan berdo’a kepada Allah swt. Do’a ini terekam dan diabadikan
dalam Al Quran lanjutan surah Al-A’rof tepatnya pada ayat 23 yang artinya
sebagai berikut:
“Ya Tuhan kami, kami telah
menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi
rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang
merugi”.
(QS. Al-A’raf.:23)
Jabal Rahmah juga merupakan
tempat wahyu terakhir kepada Nabi Muhammad saw tatkala melakukan wukuf. Wahyu
tersebut termuat dalam surah Al-Maidah
ayat 3. Turunnya ayat ini membuat para sahabat bersedih, sebab mereka merasa
akan kehilangan Rasulullah dan tak berapa lama kemudian, Rasulullah saw
dipanggil menghadap oleh Allah SWT.
Nabi Muhammad saw juga menerima
wahyu terakhir ketika melakukan wukuf di tempat ini. Wahyu inipun saat itu
langsung disampaikan oleh beliau dalam khutbah perpisahan dihadapan para
sahabat dan umat yang sedang melaksanakan wukuf saat itu. Para sahabat dan umat
yang hadir saat itu merasa sedih karena dari isinya menyiratkan seolah sudah
tiba waktunya mereka akan berpisah dan kehilangan Rasululloh saw untuk
selamanya. Dan memang benar terjadi tak berapa lama kemudian Rasululloh
benar-benar dipanggil kembali menghadap kehadirat Allah swt.
Wahyu terakhir ini tersurat dalam
penggalan khutbah perpisahan beliau tercantum didalam Al-Qur’an surah Al-Maidah
sebagai berikut:
“Pada hari ini orang-orang kafir
telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, oleh sebab itu janganlah kamu
takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Ku sempurnakan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku ridhai Islam itu jadi agama bagimu.”
Waktu Pelaksanaan Wukuf di Padang
Arafah
Pada tanggal 9 Dzulhijjah yang
juga disebut dengan Hari Arafah adalah waktunya untuk wukuf di padang Arafah.
Jamaah haji hendaknya tidak menyibukkan diri dengan mengerjakan Tawaf Qudum di
Mekkah pada hari tersebut.
Apabila ingin melakukan wukuf itu
pada siang hari saja, maka lebih afdhol dilakukan sampai dengan terbenamnya
matahari, dan tidak dikenakan dam/denda apapun bagi yang melakukan wukuf pada
malam hari. Bahkan menurut Imam Syafi’i ra
disunnahkan memanjangkan waktu wukuf itu sampai dengan malam hari.
Diriwayatkan dari Imam
At-Turmudzi dari Sufyan Ats-Tsauri menerangkan bahwa para ulama ahli fikih baik
dari kalangan sahabat, maupun ulama lainnya menetapkan bahwa orang yang tidak
dapat melakukan wukuf di padang Arafah sebelum fajar malam-malam Nahar (malam
Hari Raya) tidaklah sah hajinya. Tidak sah juga jika wukuf sesudah fajar. Hal
ini juga diperkuat oleh Imam Asy-Syafi’i, Imam Ahmad dan lain-lain.
Cara Melakukan Wukuf di Padang
Arafah?
Wukuf adalah berada di lokasi
Arafah walaupun hanya sebentar dengan niat wukuf. Dalam kitab tafsir At-Thabari
diterangkan bahwa kita dianjurkan melakukan wukuf di sebuah bukit yang diberi
nama Jabal Rahmah. Di dalam kitab Al-Hawi, Al-Mawardi juga menganjurkan agar
kita mendatangi bukit itu, karena itulah bukit doa tempat nabi-nabi melakukan
wukuf.
Namun dalam Al-Majmu’ dikatakan
bahwa apa yang disampaikan di atas tidak mempunyai dasar. Karena tidak ada
hadis yang sahih yang menganjurkan hal tersebut. Yang dianjurkan adalah wukuf
di tempat Nabi saw melakukannya. Menurut Imamul Haramain, naik ke Jabal Rahmah
bukanlah suatu ibadah walaupun banyak yang melakukannya.
Sesudah terbit matahari pada Hari
Arafah tanggal 9 Dzulhijjah, perjalanan ke Arafah dianjurkan melalui jalan Dhab
dengan mengucapkan takbir, tahlil, dan talbiyah. Juga dianjurkan untuk berhenti
di Namirah, yaitu sebuah masjid dan tempat istirahat sebelum memasuki Arafah.
Dianjurkan juga untuk mandi disana. Setelah itu langsung menuju Padang Arafah dan
mencari tempat mauqif (tempat melakukan wukuf), yaitu sesudah tergelincirnya
matahari di siang hari.
Amalan-amalan Pada Saat wukuf di
Padang Arafah
Persiapkanlah hati kita sebaik
mungkin dan membaca talbiyah selama menunggu prosesi wukuf. Lakukan shalat
zhuhur dan ashar dengan cara jama’ qashar taqdim artinya dikerjakan pada waktu
zhuhur dan dilaksanakan secara berjamaah. Kemudian mendengarkan khutbah Arafah.
Biasanya khutbah ini berkaitan
dengan makna wukuf, mengenal Allah, menyampaikan amanat Rosul saw saat khutbah
wada’, atau topik-topik keagamaan lainnya yang mengarahkan pada kemantapan do’a
dan mengingat Allah swt. Kemudian setelah mendengarkan khutbah dilanjutkan
dengan perbanyak berdzikir, berdoa, dan membaca Al-Quran.
Adab-adab Wukuf di Padang Arafah
Wukuf di padang Arafah merupakan
puncaknya ibadah haji. Sayang sekali apabila puncak dari ibadah haji ini
dilewati tanpa adab. Berikut saya coba sampaikan sebagian dari adab-adab yang
seharusnya dilakukan oleh para jamaah haji dalam melaksanakan wukuf di padang
Arafah.
Yang pertama, bergerak dari Mina
pada pagi tanggal 9 Dzulhijjah menuju ke Namirah melalui jalan Dhab.
Yang kedua, disunnahkan untuk
mandi di Namirah sesudah matahari tergelincir di siang hari, selanjutnya menuju
padang Arafah untuk melaksanakan wukuf.
Yang ketiga, semua jamaah haji
disyariatkan untuk melakukan wukuf walau ia dalam keadaan haidh. Bahkan orang
yang sakit dan masih memungkinkan untuk dibawa ke Arafah, maka ia harus datang
ke Arafah walau cuma sebentar. Sebab wukuf di padang Arafah tidak boleh
diwakilkan. Sebagaimana hadis Rasulullah, ibadah haji itu adalah wukuf di
padang Arafah. Jika ia tidak hadir di Arafah, maka hajinya tidak sah.
Yang keempat, disunahkan
melakukan Wukuf di Mauqif Rasul, yaitu di sisi Shakharat di kaki Jabal Rahmah.
Jika memungkinkan, datangilah tempat itu. Namun jika keadaan penuh sesak, cukup
memilih tempat yang terdekat dengan Mauqif Rasul. Hindarilah berdesak-desakan
apalagi menyakiti sesama Muslim akibat saling dorong.
Yang kelima, perbanyak doa sambil
menghadap kiblat hingga matahari terbenam. Perbanyak tobat dari dosa-dosa, dan
menangislah mengharap ampunan Allah. Sesalilah semua kesalahan dan sibukkanlah
diri dengan berdzikir. Jangan larutkan hari penting tersebut dengan mengobrol
dan bersenda gurau atau berbincang-bincang yang tidak ada manfaatnya.
Yang keenam, ber-ifadhah dari
Arofah melalui jalan Ma’zamain.
Yang ketujuh, berjalanlah dengan
tenang dan tidak tergesa-gesa. Hendaklah dimaklumi kepadatan jamaah haji dari
seluruh dunia yang memadati Arafah. Jangan sampai saling dorong dan menyakiti
orang lain.
Yang kedelapan, perbanyak ucapan
talbiyah dalam perjalanan ke Mina, di Arafah, di Muzdalifah, hingga saat
melempari Jumrah Aqabah.
Yang kesembilan, berangkat dari
Muzdalifah, sesudah sinar matahari terang, tetapi sebelum matahari terbit.
Melempari Jumrah Aqabah antara matahari terbit sampai dengan matahari
tergelincir, sambil membaca “Allahu Akbar” pada tiap-tiap lemparan.
Yang kesepuluh, Jika memungkinkan
hendaklah menyembelih sendiri binatang hadyu, atau minimal menyaksikan
penyembelihannya.
Yang kesebelas, memakan sebagian
daging binatang hadyu, lalu berjalan kaki untuk melempari jumrah yang tiga pada
hari-hari Tasyriq. Membaca takbir dan berhenti dengan menghadap kiblat untuk
berdoa, terkecuali melempari jumrah.
Wukuf adalah puncaknya ibadah
haji. Banyak hikmah yang dapat diambil dari ritual agung ini. Namun dari sekian
banyak hikmah yang dapat diambil, yang paling layak untuk direnungi adalah
kisah yang manjadi latar belakang dari ritual ini. Ketika Allah swt akhirnya
mempertemukan nabi Adam as dan Siti Hawa setelah sekian lama terpisah sejah
diturunkan dari surga sebagai hukuman atas ketidak-patuhan keduanya mengikuti
perintah Allah swt.
Bahwa taubat itu membutuhkan
kesungguhan, tekad yang kuat, penyesalan, dan tidak berputus asa dari rahmat
Allah swt. Itulah yang dilakukan oleh nabi Adam as sampai beliau memperoleh
ampunan dari Allah swt. Wukuf adalah gambaran dari sebuah ritual perenungan dan
tafakkur dalam usaha pencarian kebenaran, hidayah, ampunan dan makrifatulloh.
Wukuf adalah introspeksi kejiwaan dan ruhaniyah dalam perjalanan mengenal diri
yang pada akhirnya akan mengantarkan kita mampu mengenal Allah swt.
Hidup ini sejatinya adalah sebuah
perjalanan, terkadang kita perlu berhenti sejenak dari perjalanan ini untuk
melakukan introspeksi, evaluasi terhadap perjalanan yang telah kita lalui ini.
Apakah perjalanan hidup kita sudah sesuai dengan tuntunan dan tujuan penciptaan
kita? Jika jawabannya adalah belum, maka segeralah lakukan koreksi dan kembali
kepada hakikat yang sejati.
Sebab tidaklah kita ini
diciptakan sia-sia, tidak sebesar dzarrah pun amal yang kita lakukan semasa di
dunia ini melainkan akan dimintai pertanggung-jawabannya nanti pada hari
pembalasan, yaitu ketika manusia dibangkitkan dari kematiannya lalu dikumpulkan
di padang Mahsyar. Apakah kita sudah siap menghadapi hari perhitungan itu?
Jawabannya terletak pada diri kita masing-masing.
Demikianlah uraian singkat
mengenai makna dan hikmah dari wukuf di padang Arafah ini. Semoga ritual ini
mampu memberikan kesadaran kepada kita agar mulai mempersiapkan diri menghadapi
peristiwa maha dahsyat itu sebelum terlambat. Aku memohon ampun kepada Allah
swt untuk diriku dan kalian, dan aku berlindung kepada-Nya dari kecelakaan dan
kehinaan pada hari tersebut, hari ketika seluruh manusia dikumpulkan di padang
Mahsyar nanti untuk mempertanggung-jawabkan segala amal perbuatannya.
Untuk informasi lebih lanjut tentang umroh dan Haji Plus serta Pendafrannya hubungi :
Tlp. 0856-9281-9898
Web : al-umroh.com