Senin, 25 Februari 2019

MAKNA DAN HIKMAH WUKUF DI ARAFAH



Secara harfiah wukuf berarti: berdiam diri atau berhenti. Wukuf di padang Arafah adalah ritual haji yang dilakukan dengan cara berdiam diri di padang Arafah mulai dari tergelincirnya matahari tanggal 9 Dzulhijjah sampai dengan terbenamnya matahari pada tanggal 10 Dzulhijjah.

Dalam rangkaian rukun ibadah haji, wukuf di padang Arafah merupakan ritual terpenting yang wajib dilakukan oleh setiap jamaah haji sebagai puncak dari ritual ibadah haji. Sebab tidak sah ibadah haji apabila rukun haji ini tidak dilakukan. Dalam kondisi apapun mesti dilakukan, sehingga apabila dalam keadaan sakit pun seorang jamaah haji harus di safari-wukufkan, bahkan apabila ia meninggal dunia sebelum sempat melaksanakan wukuf di padang Arafah ini ia harus dibadal-hajikan.

Berdasarkan dari sejumlah sumber, wukuf di padang Arafah merupakan gambaran dari sebuah kejadian besar yang akan dialami oleh seluruh umat manusia setelah dibangkitkan dari kematian pada hari kiamat nanti, yaitu dikumpulkan oleh Allah s.w.t di padang Mahsyar untuk mempertanggung-jawabkan segala amal perbuatan yang pernah dilakukannya selama hidup di dunia ini.

Wukuf di padang Arafah seperti sedang mengingatkan para jamaah haji akan hari kebangkitan itu. Ini merupakan kejadian yang maha dahsyat yang akan dihadapi oleh seluruh umat manusia setelah melalui tidur panjang dari kehidupan yang sebelumnya mereka jalani di dunia ini untuk mempertanggung-jawabkan sekecil apapun amal perbuatan yang telah dilakukan selama ini, amal perbuatan yang baik maupun amal perbuatan yang buruk.

Sejarah Wukuf di Padang Arafah
Wukuf di padang Arafah ini tepatnya dilakukan diatas bukit yang bernama Jabal Rahmah. Berada di bagian timur dari Padang Arafah di kota Mekkah. Jabal berarti sebuah bukit atau gunung, sementara Rahmah adalah kasih sayang. Sesuai dengan namanya, bukit ini diyakini sebagai tempat pertemuan antara Nabi Adam as dan Siti Hawa setelah mereka diturunkan dari surga oleh Allah SWT dalam kondisi terpisah selama bertahun-tahun akibat kesalahan melanggar larangan Allah swt agar tidak mendekati sebuah pohon ketika mereka berdua berada didalam surga, namun mereka terpedaya oleh tipu daya Iblis la’natulloh ‘alaih yang menggoda mereka dan akhirnya mendekati pohon terlarang tersebut.

Hal ini terekam didalam Al-Qur’an surah Al A’rof ayat 19 – 22 yang artinya sebagai berikut:

“Dan Allah berfirman: Hai Adam, tinggallah kamu dan istrimu di dalam surga ini serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, maka pastilah kamu berdua termasuk orang-orang yang zalim”.

“Lalu syetan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan syaitan berkata: “Tuhan kamu tidak melarangmu dan mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga)”.

“Dan dia (syetan) bersumpah kepada keduanya. “Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua. Maka syetan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya”.

“Tatkala keduanya telah merasai (buah ) dari pohon tersebut itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka: “Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon itu dan Aku katakan kepadamu: “Sesungguhnya syetan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?”. (QS: Al-A’raf Ayat: 19 – 22)

Nabi Adam as konon diturunkan di negeri India, sedangkan Siti Hawa diturunkan di Irak. Setelah keduanya bertaubat untuk memohon ampun, akhirnya atas ijin Allah swt mereka dipertemukan di bukit ini. Selama perjalanan saling mencari satu sama lain Nabi Adam as terus bertaubat dan berdo’a kepada Allah swt. Do’a ini terekam dan diabadikan dalam Al Quran lanjutan surah Al-A’rof tepatnya pada ayat 23 yang artinya sebagai berikut:

“Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi”. 

(QS. Al-A’raf.:23)

Jabal Rahmah juga merupakan tempat wahyu terakhir kepada Nabi Muhammad saw tatkala melakukan wukuf. Wahyu tersebut termuat dalam surah Al-Maidah  ayat 3. Turunnya ayat ini membuat para sahabat bersedih, sebab mereka merasa akan kehilangan Rasulullah dan tak berapa lama kemudian, Rasulullah saw dipanggil menghadap oleh Allah SWT.

Nabi Muhammad saw juga menerima wahyu terakhir ketika melakukan wukuf di tempat ini. Wahyu inipun saat itu langsung disampaikan oleh beliau dalam khutbah perpisahan dihadapan para sahabat dan umat yang sedang melaksanakan wukuf saat itu. Para sahabat dan umat yang hadir saat itu merasa sedih karena dari isinya menyiratkan seolah sudah tiba waktunya mereka akan berpisah dan kehilangan Rasululloh saw untuk selamanya. Dan memang benar terjadi tak berapa lama kemudian Rasululloh benar-benar dipanggil kembali menghadap kehadirat Allah swt.

Wahyu terakhir ini tersurat dalam penggalan khutbah perpisahan beliau tercantum didalam Al-Qur’an surah Al-Maidah sebagai berikut:

“Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, oleh sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Ku sempurnakan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku ridhai Islam itu jadi agama bagimu.”

Waktu Pelaksanaan Wukuf di Padang Arafah
Pada tanggal 9 Dzulhijjah yang juga disebut dengan Hari Arafah adalah waktunya untuk wukuf di padang Arafah. Jamaah haji hendaknya tidak menyibukkan diri dengan mengerjakan Tawaf Qudum di Mekkah pada hari tersebut.
Apabila ingin melakukan wukuf itu pada siang hari saja, maka lebih afdhol dilakukan sampai dengan terbenamnya matahari, dan tidak dikenakan dam/denda apapun bagi yang melakukan wukuf pada malam hari. Bahkan menurut Imam Syafi’i ra  disunnahkan memanjangkan waktu wukuf itu sampai dengan malam hari.
Diriwayatkan dari Imam At-Turmudzi dari Sufyan Ats-Tsauri menerangkan bahwa para ulama ahli fikih baik dari kalangan sahabat, maupun ulama lainnya menetapkan bahwa orang yang tidak dapat melakukan wukuf di padang Arafah sebelum fajar malam-malam Nahar (malam Hari Raya) tidaklah sah hajinya. Tidak sah juga jika wukuf sesudah fajar. Hal ini juga diperkuat oleh Imam Asy-Syafi’i, Imam Ahmad dan lain-lain.

Cara Melakukan Wukuf di Padang Arafah?
Wukuf adalah berada di lokasi Arafah walaupun hanya sebentar dengan niat wukuf. Dalam kitab tafsir At-Thabari diterangkan bahwa kita dianjurkan melakukan wukuf di sebuah bukit yang diberi nama Jabal Rahmah. Di dalam kitab Al-Hawi, Al-Mawardi juga menganjurkan agar kita mendatangi bukit itu, karena itulah bukit doa tempat nabi-nabi melakukan wukuf.

Namun dalam Al-Majmu’ dikatakan bahwa apa yang disampaikan di atas tidak mempunyai dasar. Karena tidak ada hadis yang sahih yang menganjurkan hal tersebut. Yang dianjurkan adalah wukuf di tempat Nabi saw melakukannya. Menurut Imamul Haramain, naik ke Jabal Rahmah bukanlah suatu ibadah walaupun banyak yang melakukannya.

Sesudah terbit matahari pada Hari Arafah tanggal 9 Dzulhijjah, perjalanan ke Arafah dianjurkan melalui jalan Dhab dengan mengucapkan takbir, tahlil, dan talbiyah. Juga dianjurkan untuk berhenti di Namirah, yaitu sebuah masjid dan tempat istirahat sebelum memasuki Arafah. Dianjurkan juga untuk mandi disana. Setelah itu langsung menuju Padang Arafah dan mencari tempat mauqif (tempat melakukan wukuf), yaitu sesudah tergelincirnya matahari di siang hari.

Amalan-amalan Pada Saat wukuf di Padang Arafah
Persiapkanlah hati kita sebaik mungkin dan membaca talbiyah selama menunggu prosesi wukuf. Lakukan shalat zhuhur dan ashar dengan cara jama’ qashar taqdim artinya dikerjakan pada waktu zhuhur dan dilaksanakan secara berjamaah. Kemudian mendengarkan khutbah Arafah.

Biasanya khutbah ini berkaitan dengan makna wukuf, mengenal Allah, menyampaikan amanat Rosul saw saat khutbah wada’, atau topik-topik keagamaan lainnya yang mengarahkan pada kemantapan do’a dan mengingat Allah swt. Kemudian setelah mendengarkan khutbah dilanjutkan dengan perbanyak berdzikir, berdoa, dan membaca Al-Quran.

Adab-adab Wukuf di Padang Arafah
Wukuf di padang Arafah merupakan puncaknya ibadah haji. Sayang sekali apabila puncak dari ibadah haji ini dilewati tanpa adab. Berikut saya coba sampaikan sebagian dari adab-adab yang seharusnya dilakukan oleh para jamaah haji dalam melaksanakan wukuf di padang Arafah.

Yang pertama, bergerak dari Mina pada pagi tanggal 9 Dzulhijjah menuju ke Namirah melalui jalan Dhab.

Yang kedua, disunnahkan untuk mandi di Namirah sesudah matahari tergelincir di siang hari, selanjutnya menuju padang Arafah untuk melaksanakan wukuf.

Yang ketiga, semua jamaah haji disyariatkan untuk melakukan wukuf walau ia dalam keadaan haidh. Bahkan orang yang sakit dan masih memungkinkan untuk dibawa ke Arafah, maka ia harus datang ke Arafah walau cuma sebentar. Sebab wukuf di padang Arafah tidak boleh diwakilkan. Sebagaimana hadis Rasulullah, ibadah haji itu adalah wukuf di padang Arafah. Jika ia tidak hadir di Arafah, maka hajinya tidak sah.

Yang keempat, disunahkan melakukan Wukuf di Mauqif Rasul, yaitu di sisi Shakharat di kaki Jabal Rahmah. Jika memungkinkan, datangilah tempat itu. Namun jika keadaan penuh sesak, cukup memilih tempat yang terdekat dengan Mauqif Rasul. Hindarilah berdesak-desakan apalagi menyakiti sesama Muslim akibat saling dorong.

Yang kelima, perbanyak doa sambil menghadap kiblat hingga matahari terbenam. Perbanyak tobat dari dosa-dosa, dan menangislah mengharap ampunan Allah. Sesalilah semua kesalahan dan sibukkanlah diri dengan berdzikir. Jangan larutkan hari penting tersebut dengan mengobrol dan bersenda gurau atau berbincang-bincang yang tidak ada manfaatnya.

Yang keenam, ber-ifadhah dari Arofah melalui jalan Ma’zamain.

Yang ketujuh, berjalanlah dengan tenang dan tidak tergesa-gesa. Hendaklah dimaklumi kepadatan jamaah haji dari seluruh dunia yang memadati Arafah. Jangan sampai saling dorong dan menyakiti orang lain.

Yang kedelapan, perbanyak ucapan talbiyah dalam perjalanan ke Mina, di Arafah, di Muzdalifah, hingga saat melempari Jumrah Aqabah.

Yang kesembilan, berangkat dari Muzdalifah, sesudah sinar matahari terang, tetapi sebelum matahari terbit. Melempari Jumrah Aqabah antara matahari terbit sampai dengan matahari tergelincir, sambil membaca “Allahu Akbar” pada tiap-tiap lemparan.

Yang kesepuluh, Jika memungkinkan hendaklah menyembelih sendiri binatang hadyu, atau minimal menyaksikan penyembelihannya.

Yang kesebelas, memakan sebagian daging binatang hadyu, lalu berjalan kaki untuk melempari jumrah yang tiga pada hari-hari Tasyriq. Membaca takbir dan berhenti dengan menghadap kiblat untuk berdoa, terkecuali melempari jumrah.

Wukuf adalah puncaknya ibadah haji. Banyak hikmah yang dapat diambil dari ritual agung ini. Namun dari sekian banyak hikmah yang dapat diambil, yang paling layak untuk direnungi adalah kisah yang manjadi latar belakang dari ritual ini. Ketika Allah swt akhirnya mempertemukan nabi Adam as dan Siti Hawa setelah sekian lama terpisah sejah diturunkan dari surga sebagai hukuman atas ketidak-patuhan keduanya mengikuti perintah Allah swt.

Bahwa taubat itu membutuhkan kesungguhan, tekad yang kuat, penyesalan, dan tidak berputus asa dari rahmat Allah swt. Itulah yang dilakukan oleh nabi Adam as sampai beliau memperoleh ampunan dari Allah swt. Wukuf adalah gambaran dari sebuah ritual perenungan dan tafakkur dalam usaha pencarian kebenaran, hidayah, ampunan dan makrifatulloh. Wukuf adalah introspeksi kejiwaan dan ruhaniyah dalam perjalanan mengenal diri yang pada akhirnya akan mengantarkan kita mampu mengenal Allah swt.

Hidup ini sejatinya adalah sebuah perjalanan, terkadang kita perlu berhenti sejenak dari perjalanan ini untuk melakukan introspeksi, evaluasi terhadap perjalanan yang telah kita lalui ini. Apakah perjalanan hidup kita sudah sesuai dengan tuntunan dan tujuan penciptaan kita? Jika jawabannya adalah belum, maka segeralah lakukan koreksi dan kembali kepada hakikat yang sejati.

Sebab tidaklah kita ini diciptakan sia-sia, tidak sebesar dzarrah pun amal yang kita lakukan semasa di dunia ini melainkan akan dimintai pertanggung-jawabannya nanti pada hari pembalasan, yaitu ketika manusia dibangkitkan dari kematiannya lalu dikumpulkan di padang Mahsyar. Apakah kita sudah siap menghadapi hari perhitungan itu? Jawabannya terletak pada diri kita masing-masing.

Demikianlah uraian singkat mengenai makna dan hikmah dari wukuf di padang Arafah ini. Semoga ritual ini mampu memberikan kesadaran kepada kita agar mulai mempersiapkan diri menghadapi peristiwa maha dahsyat itu sebelum terlambat. Aku memohon ampun kepada Allah swt untuk diriku dan kalian, dan aku berlindung kepada-Nya dari kecelakaan dan kehinaan pada hari tersebut, hari ketika seluruh manusia dikumpulkan di padang Mahsyar nanti untuk mempertanggung-jawabkan segala amal perbuatannya.


Untuk informasi lebih lanjut tentang umroh dan Haji Plus serta Pendafrannya hubungi :
Tlp. 0856-9281-9898
Web : al-umroh.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERBEDAAN UMROH DAN HAJI

Indonesia merupakan salah satu negara terbesar di dunia yang memiliki banyak ragam budaya, agama, ras, suku, dll. Tapi berbicara soal ...