Jumat, 30 November 2018

Panduan tahap-tahap pelaksanaan umroh

Tahap demi tahap pelaksanaan umroh


Panduan tahap demi tahap pelaksanaan umroh
Umroh ialah ziarah Islami, secara singkat, umroh merupakan ibadah kepada Alloh (SWT). Hal ini berdasarkan ajaran Rasululloh (SAW) dan sunahnya. Ziarah tersebut merupakan kunjungan ke rumah Alloh (SWT) dan dapat dilakukan setiap saat sepanjang tahun. Hal ini dikenal sebagai 'ziarah kecil'. Namun, ziarah kecil ini memegang nilai dan kebajikan yang besar di mata Alloh (SWT).

Ibadah Umrah terdiri dari empat pilar dasar:
1)      Ihram
Ihram pada dasarnya adalah berniat untuk melaksanakan Umrah. Untuk berihram, seseorang harus mengganti pakaian dan mandi, yang menunjukan pembersihan diri dari semua kotoran baik dari hadas kecil maupun hadas besar. Laki-laki mengganti pakaiannya dengan dua helai kain, Rida dan Izar, sedangkan wanita dapat memakai pakaian apapun yang menutup tubuh dan kepala/ menutup semua aurat. Wanita yang sedang menstruasi atau pendarahan setelah melahirkan juga disarankan untuk mandi junub.
Setelah membersihkan diri, kita diharuskan melaksanakan shalat wajib atau melaksanakan shalat sunah dua rakaat. Posisi kita menghadap ke arah kiblat dan secara resmi memasuki Ihram sebelum pergi menuju miqot di Mekkah. Adapun yang di larang ketika kita melaksanakan ihram, yaitu tidak diperbolehkan memakai parfum atau produk yang berbau wangi-wangian. Saat di miqot, kita berniat dan mengucapkan kata-kata:
               “Labbaik Alloohumma bi ' Umroh”
              (Aku sambut panggilan-Mu ya Alloh untuk berumroh)
Setelah itu, kita harus mengucapkan Talbiyah, sesuai dengan Sunnah.
Adapun bacaan talbiyah sebagai berikut :
 “Labbaik Allahumma labbaik. Labbaik laa syariika laka labbaik. Innalhamda wan ni’mata, laka wal mulk, laa syariika lak”
(Aku menjawab panggilan-Mu ya Allah, aku menjawab panggilan-Mu, aku menjawab panggilan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu,  aku menjawab panggilan-Mu. Sesungguhnya segala pujian, kenikmatan dan kekuasaan hanya milik-Mu, tiada sekutu bagi-Mu).”
Kita disarankan untuk terus membaca Talbiyah dari saat memasuki Ihram sampai dengan pelaksanaan thawaf.

2)     Tawaf

 Menurut bahasa Kata tawaf adalah bentuk jamak dari kata taif, artinya orang yang bertawaf di sekeliling Baitul Haram (Ka’bah)
Menurut istilah: mengelilingi Ka’bah sebanyak 7 kali putaran, di mana tiga kali pertama dengan lari-lari kecil dan selanjutnya dengan berjalan biasa. Tawaf dimulai dan berkir di Hajar Aswad (tempat batu hitam) dengan menjadikan Baitullah di sebelah kiri
Setelah itu, orang yang berumroh dapat menyentuh Hajar aswad dan memulai thawaf. Alangkah baiknya, Hajar Aswad disentuh dengan menggunakan tangan kanan lalu dicium. Akan tetapi jika tidak dapat mencium langsung, dapat juga dengan cara disentuh tangan kemudian mencium tangan tersebut. Bahkan jika tidak dapat menyentuh batu tersebut dengan tangan, dapat dilakukan dengan menghadapkan tangannya ke arah batu dan berkata "Allahu Akbar". Kemudian memulai thawaf(mengambil putaran mengelilingi Ka'bah), dengan posisi Ka'bah berada di sebelah kiri. Kita harus berhati-hati untuk tidak menyentuh kain Ka'bah ketika thawaf, karena mengandung wewangian dan menyentuhnya dapat membuat wangi tersebut berpindah kepada kita dan membuat keadaan Ihram batal.

Lelaki harus menjaga bahu kanannya tetap terbuka saat thawaf, yang dikenal sebagai Idtibaa. Hal ini dilakukan dengan menempatkan Ridaa di bawah ketiak kanan dan mengaitkannya ke bahu kiri. Selain itu, lelaki harus berlatih 'raml' di tiga putaran pertama thawaf, pada dasarnya adalah berjalan cepat dengan mengambil langkah kecil. Untuk putaran-putaran selanjutnya, mereka dapat berjalan biasa.
Setelah menyelesaikan tujuh putaran thawaf, kemudian harus pergi ke Maqam Ibrahim dan mengucapkan kata-kata berikut:
“Dan jadikanlah sebagian maqam Ibrahim [atau batu dimana Ibrahim berdiri ketika membangun Ka'Bah] sebagai tempat shalat (untuk sebagian sholatmu, seperti dua rakaat setelah thawaf mengelilingi Ka'bah di Mekkah)” (Quran 2:125)
Peziarah kemudian harus melaksanakan sholat dua rakaat di belakang Maqam Ibrahim. Jika yang sulit, dapat melaksanakan sholat tersebut di bagian masjid yang lain. Pada rakaat pertama, yang dibaca adalah surat Al-Kafirun (109) dan untuk rakaat kedua, membaca surat Al-Ikhlas (112). Setelah melaksanakan sholat, kembali ke Hajar Aswad dan menyentuhnya jika memungkinkan.


3)      Sa’i di antara Safa dan Marwah
Peziarah kemudian harus menuju tempat Sa’i dan ketika dia telah mendekati bukit Safa, harus membaca: "Sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah sebagian dari syiar Allah.” (Quran 2:158)
Dan
“Nabda’u bima badallooh bihi”
(Kita mulakan dengan itu dimana Allah telah mulakan)

Setelah itu peziarah harus memanjat ke atas Bukit Safa menuju tempat dimana Ka’bah terlihat. Kemudian jama’ah harus menghadapi Ka'bah, mengangkat tangannya, dan berdoa kepada Allah (SWT). Doa yang dibaca boleh apapun sesuai keinginan. Menurut Hadist, Rasululloh (SAW) membaca doa berikut ini sebagai pujian:
“Laa ilaahaillalloh wahdahulaa shariikalah, lahulmulku, wa lahulhamdu, wa huwa ‘ala kulli shai’in qadiir. Laa ilaahaillalloh wahdah, anjaza wa’dah, wa nasara ‘abdah, wa hazamaa al-ahzaaba wahdah”
(Tiada sesembahan yang berhak disembah kecuali hanya Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Milik-Nya lah segala kerajaan dan segala pujian untuk-Nya. Dia yang menghidupkan dan yang mematikan. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.
Doa ini harus diulang sebanyak 3 kali; melakukan dzikir, berdoa, melakukan dzikir, berdoa (dan seterusnya). Kemuadian langsung turun ke Marwah dan lelaki berlari-lari kecil di antara lampu hijau. Jaraknya ditandai oleh dua tanda berwarna hijau - lelaki harus berlari hingga mencapai tanda kedua lalu kembali berjalan biasa ke bukit Marwah dan mendakinya. Di sana, jama’ah harus menghadap ke kiblat dan membaca apa yang dia membaca di Safa. Setelah itu, jama’ah harus turun lagi dan kembali menuju Safa. Setelah mencapai Safa, jama’ah harus mengulangi apa yang ia lakukan pertama kali dan mengulanginya kembali ketika ia kembali ke Marwah sebanyak tujuh putaran (Satu putaran terhitung mulai dari Safa menuju Marwah). Sa’i ialah berjalan dari buki Safa ke bukit Marwah dan sebaliknya, sebanyak tujuh kali yang berakhir di bukit Marwah. Perjalanan dari bukit Safa ke bukit Marwah dihitung satu kali dan juga dari bukit Marwah ke bukit Safa dihitung satu kali.
Jika jamaah haji memulai sa’Inya dari Marwah, sa’I dianggap sah akan tetapi harus menambah satu perjalanan lagi sehingga berakhir di Marwah. Bagi jamaah haji yang sakit boleh menggunakan kursi roda.
Adapun persyaratan bersuci dari hadats besar maupun kecil ketika mengerjakan sa’I, hukumnya mustahab (dianjurkan) tetapi bukan wajib seperti dalam mengerjakan thawaf.
Hikmah Sa’i
Ritual sa’I ini merupakan napak tilas dari apa yang dilakukan Hajar untuk mencarikan air bagi putranya Ismail yang kehausan. Hikmah yang dapat diambil dari pelaksanaan sa’I ini diantaranya, bolak-baliknya jamaah haji antara bukit Shafa dan Marwah di halaman Ka’bah, sama dengan perbuatan seorang hamba yang berjalan pulang pergi secara berulang-ulang di halaman rumah sang Raja. Hal itu dilakukannya demi menunjukkan kesetiaannya dalam berkhidmat, seraya mengharap agar dirinya memperoleh perhatian yang juga disertai kasih sayang.

4)          Mencukur/Memotong Rambut (tahalul)
Tahap terakhir, setelah menyelesaikan tujuh putaran, peziarah diharuskan untuk memotong rambut mereka. Para lelaki diwajibkan untuk mencukur rambut mereka atau memotong rambut mereka seluruhnya dengan panjang yang sama. Para wanita diharuskan memotong rambutnya sepanjang satu ruas jari.
Dengan tindakan terakhir ini, jama’ah telah resmi melengkapi Umrahnya.

Semoga artikel ini bermanfaat bagi mereka yang berencana segera melakukan Umrah. Semoga Allah (SWT) menerima doa dan amalan baikmu. Amin!
Untuk siapa saja yang berminat melaksanakan umroh kami menyediaan layanan umroh murah untuk seluruh daerah khususnya daerah Rawamerta-Karawang.
Untuk informasi pembayaran dan pemberangkatan dapat langsung menghubungi kantor kami Al-umroh karawang

PERBEDAAN UMROH DAN HAJI

Indonesia merupakan salah satu negara terbesar di dunia yang memiliki banyak ragam budaya, agama, ras, suku, dll. Tapi berbicara soal ...